Tuesday, September 11, 2007

Bakso, Albondigas dan Frikadeller


Bakso, Albondigas dan Frikadeller

Sebutan bakso sudah melekat di telinga orang Indonesia. Umumnya bentuknya berupa bulatan-bulatan dari daging dan disiram kuah bening seperti sup. Namun adakalanya cara makannya diberi variasi jenis yang lain, misalnya ditambah tahu, siomai goreng maupun yang basah, bihun atau sayuran. Bahkan sekarang ini ada lagi yang memadukannya dengan keju.

Bermacam-macam cara menghidangkan bakso untuk menambah selera dan kekhasannya masing-masing. Di tiap kota Indonesia sekarang ini sepertinya sudah mempunyai ikon tersendiri untuk makanan yang namanya bakso. Awalnya bakso merupakan salah satu kekayaan kuliner yang dimiliki oleh bangsa Cina. Kata bakso sendiri merupakan serapan dari bahasa Cina, yang dalam beberapa dialek merupakan sebutan untuk daging babi. Bermula dari daerah Cina bagian utara, sebutan bakso itu pun pelan-pelan bergulir ke kawasan Asia Tenggara hingga tiba di Indonesia.
Mengikuti perkembangan dan adaptasi wilayah yang dihampirinya, akhirnya bakso itu pun tidak lagi melulu terbuat dari daging babi. Bahkan di Indonesia bakso sudah mendapatkan tempat tersendiri bagi penggemarnya, dan bisa jadi dikategorikan sebagai salah satu makanan dari Indonesia yang wajib dicicipi. Kini ada berbagai sebutan bakso, misalnya bakso udang yang terbuat dari udang, bakso ikan karena terbuat dari daging ikan, bakso ayam dengan bahan dasar daging ayam, serta masih banyak lagi jenis bakso yang dibuat dari daging-daging lainnya.
Komponen utama dalam makanan bakso ini adalah bulatan-bulatan daging, sering disebut pentol, disertai dengan kuah bening. Makanan sejenis bakso Indonesia itu rupanya tidak hanya ada di sini. Di beberapa negara yang lain juga mengenal makanan yang hampir mirip, namun dengan sebutan yang berbeda.
Di Denmark, mereka menyebut bakso sebagai frikadeller, yang terbuat dari daging babi. Gilingan daging tersebut dicampur dengan bawang putih, telur, merica dan garam. Adonan itu kemudian dibentuk bulat-bulat dan sedikit dipipihkan. Bedanya, bulatan-bulatan tersebut tidak dijerang dalam air mendidih, tetapi dioven.
Sementara di Afganistan pentol bakso dipakai untuk topping pizza. Bulatan-bulatan tersebut dipanggang di atas pizza, yang populer disebut Afgan pizza. Makanan ini sangat populer disana. Namun tak jarang juga ibu-ibu Afganistan memasak bulatan daging itu berbentuk seperti sup, persis seperti hidangan bakso ala Indonesia.
Di Meksiko dan Spanyol, bakso dinamai albondigas, yang merupakan turunan dari bahasa Arab, al-bunduq (artinya hazelnut, atau sejenis barang yang berbentuk bulat). Albondigas sendiri diduga merupakan masakan yang berasal dari Berber atau Arab, yang kemudian diimpor ke Spanyol saat terjadinya syiar agama, atau disebut sebagai periode muslim kala itu. Di Spanyol, albondigas dihidangkan sebagai makanan pembuka maupun menu utama, seringkali disertai dengan tambahan saus tomat. Sementara di Meksiko penyajiannya lebih mirip sup bening disertai dengan sayur-sayuran.
Di China sendiri, pentol bakso mempunyai ukuran yang bermacam-macam. Mulai dari yang berdiameter 5 cm hingga kira-kira 10 cm. Pentol bakso yang ukuran kecil dipakai untuk campuran sup, sementara yang agak besar dihidangkan untuk perlengkapan dim sum. Pentol daging yang besar seringkali disebut sebagai Lion's head dalam istilah kulinari Shanghai. Cara membuat pentol tersebut adalah dengan memasukkan bulatan-bulatan daging ke dalam air yang mendidih. Setelah gumpalan daging mengapung, barulah diangkat. Pentol bakso pun siap untuk dihidangkan.

No comments: