Saturday, January 17, 2015

Kue Jahe Yang Sombong

Alkisah,  di sebuah desa di tepi hutan, hiduplah sepasang kakek dan nenek yang sudah tua. Mereka hanya hidup berdua karena tidak mempunyai anak. Untuk mengisi kesepian di hari tuanya, nenek pun sering membuat kue. Suatu hari, ia ingin membuat kue jahe.
            Nenek pun menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Dengan sepenuh hati ia mengerjakannya. Kue jahe itu dibentuk seperti orang-orangan, lengkap dengan mata, hidung, mulut, tangan dan kakinya. Ketika hendak diangkat dari dalam oven, tiba-tiba kue jahe itu melompat keluar dan lari sekencang-kencangnya.
            Karena kaget, nenek pun berteriak memberitahu kakek kalau kue jahenya lepas. Mereka pun memburu kue jahe yang berlari sangat cepat itu. Kue jahe yang tahu kalau dirinya dikejar, semakin mempercepat larinya, sambil berteriak kegirangan. “Akulah Si Kue Jahe. Lariku sangat kencang. Tidak ada seorang pun yang bisa menangkapku. Tidak juga kakek dan nenek.”
            Di tengah jalan kue jahe bertemu dengan sapi. Si sapi tersebut melihat sepertinya kue jahe itu sangat enak untuk dimakan. Karenanya, ia pun segera mengejar kue jahe yang berlari kencang itu. Kue jahe yang tahu dirinya dikejar sapi, semakin mempercepat larinya dan berkata dengan sombongnya. “Akulah Si Kue Jahe. Lariku sangat kencang. Tidak ada seorang pun yang bisa menangkapku. Tidak juga kakek, nenek dan sapi.”
            Tak jauh dari situ, ada seekor kuda yang sedang merumput. Melihat kue jahe yang melompat-lompat dengan gesit, kuda pun terdorong untuk menangkap dan memakannya. Ia berpikir kalau kue jahe ini rasanya pasti lebih enak daripada rumput. Ia pun berusaha mengejar kue jahe itu. Tahu kalau kuda mengejar, kue jahe semakin sombong dan mempercepat larinya. “Akulah Si Kue Jahe. Lariku sangat kencang. Tidak ada seorang pun yang bisa menangkapku. Tidak juga kakek, nenek, sapi dan kuda.”
            Kejar-kejaran itu disaksikan oleh seekor ayam. Ia pun punya pikiran yang sama, kalau kue jahe itu enak dimakan. Melihat kue jahe yang melompat-lompat itu, ayam pun berusaha untuk menangkapnya. Tapi tangkapannya selalu luput. Kue jahe semakin sombong lagi. “Akulah Si Kue Jahe. Lariku sangat kencang. Tidak ada seorang pun yang bisa menangkapku. Tidak juga kakek, nenek, sapi, kuda dan ayam.”
            Kue jahe pun berlari makin kencang. Hingga ia bertemu rubah. Tapi anehnya, rubah itu tidak berusaha mengejar si kue jahe.
“Hei, rubah, apakah kau tidak ingin mengejar dan memakanku?” tanya kue jahe pada rubah. Rubah pun menanggapinya dengan acuh tak acuh.
“Tidak. Memangnya kamu enak dimakan?” rubah balik bertanya.
“Kalau kau tidak memakanku, aku akan beristirahat. Aku lelah berlari terus,” kata kue jahe.
“Ya, kalau capek, berhentilah dahulu disini,” sahut rubah, tetap dengan nada mengacuhkan.
            Karena merasa aman, kue jahe pun berhenti berlari dan beristirahat di dekat rubah. Tapi tanpa disangka-sangka, hap……dengan cepat rubah menangkap dan menelan kue jahe. Akhirnya kue jahe yang sombong itu tidak pernah lagi kembali pada kakek dan nenek. (***)
(Bram sering minta didongengi kisah ini sebelum berangkat tidur. Dan tidurnya pun bersama dengan buku yang ada gambar kue jahe).
Buku yang menginspirasi Bram tentang kue jahe

No comments: