Bayi bisa
diajar membaca? Saya sepertinya setengah tidak percaya. Bagaimana bisa? Semula
saya membayangkan kalau mengajar bayi membaca itu sama caranya seperti ketika
saya diajari membaca saat kelas satu SD dulu. Yang masih lekat di ingatan
adalah kalimat ‘ini budi, ini ibu budi, ini bapak budi, ini kakak budi, ini
adik budi’. Kemudian harus mengeja ‘b u dibaca bu, d i dibaca di, jadi budi’. Apakah
seperti itu?
Aha ternyata
saya salah besar. Ternyata bayi bisa diajari membaca. Dan cara belajarnya
sungguh unik. Maka ketika tebersit di pikiran saya untuk mengajari Bram
membaca, saya pun mulai berburu info dari internet. Dan hasil yang saya
dapatkan sungguh luar biasa. Metode untuk mengajar bayi belajar membaca itu
disebut Metode Glenn Doman. Terimakasih kuhaturkan untukmu Mbah Google, yang
selalu siap menjawab segala pertanyaan dan rasa penasaranku.
Segala informasi
dan petunjuk detail yang saya dapatkan itu pun saya tunjukkan kepada suami. Mas
Rudi pun dengan antusiasnya membaca artikel demi artikel itu. Kala malam hari,
ketika Bram sudah tidur, kami berdua pun mendiskusikan tentang hal itu, dan
bertekad untuk mewujudkannya. Karena untuk program belajar membaca itu, selain
perlu persiapan alat-alatnya, juga perlu komitmen tinggi dari kedua orangtua.
Melihat perlengkapan
yang diperlukan, kami pun berpikir keras untuk mengakali bagaimana itu bisa
dibuat sendiri. Karena kami punya prinsip, apapun yang ada di sekeliling kita,
bisa dimanfaatkan. Sehingga untuk mainan Bram pun, tidak harus selalu membeli. Dengan
begitu bisa menekan budget pengeluaran.
Akhirnya,
setelah mengakal sana sini, perlengkapan untuk belajar membaca itu jadilah. Kami
memanfaatkan karton-karton bekas dari susu UHT yang diminum Bram. Kardus itu
kita gunakan sebagai papan alas tulisan. Setelah diukur sesuai dengan
ketentuan, karton tersebut dipotong-potong. Agar kardus itu awet dan tidak
gampang robek, maka seluruh permukaannya dilapisi dengan selotip bening yang
berukuran besar. Inilah bentuk laminasi paling primitif.
Bekas karton susu yang sudah dilaminasi untuk papan alas tulisan |
Sementara untuk
tulisan, kami lebih memilih untuk mendesainnya dengan program corel draw, agar
tulisan lebih konsisten dalam bentuk dan ukuran. Tulisan itu pun dicetak di
balik kertas bekas pakai. Kebetulan Mas Rudi saat itu sedang dalam proyek
penulisan buku. Sehingga kertas-kertas bekas itu pun banyak menumpuk. Daripada
terbuang percuma, sisi kosongnya masih bisa kami manfaatkan.
Tulisan yang sudah dicetak kemudian ditempelkan diatas kardus dan dirapikan |
Setelah tulisan
dicetak, barulah kemudian ditempelkan di atas kardus yang sudah dilaminasi
tadi. Di setiap sisinya diperkuat dengan selotip berukuran kecil. Kalau nanti
akan mengganti kata yang baru, tinggal melepasnya, dan melakukan kembali hal
yang sama. Begitulah seterusnya, hingga paling sedikit 200 kata berikutnya.
Voila...tulisan sudah jadi, program belajar membaca bisa langsung dimulai |
Saat semua
sudah siap, tinggal menyusun jadwal belajarnya. Untuk program belajarnya Bram
ini, kita masih memakai tahapan yang pertama dari metode yang diajarkan Glenn
Doman. Saat mulai belajar itu, Bram berusia 17 bulan. Yah, bisa dikatakan
sedikit terlambat, tapi masih masuk dalam kategori umur yang efektif. Karena pelajaran
membaca itu sudah bisa dimulai ketika umur 6 bulan, atau saat masih bayi kecil
sekalipun. (***)
No comments:
Post a Comment