Musim
penghujan tiba. Yang jelas tergambar kalau musim ini sedang berlangsung adalah
tanah di halaman selalu basah. Karena hampir setiap hari diguyur oleh air
hujan. Dan pastinya di kebun belakang rumah tergenang air, karena kontur tanah
yang lebih rendah daripada letak rumah tinggal yang memang ditinggikan.
Hal kedua yang cukup membikin
jengkel adalah kehadiran nyamuk-nyamuk nakal yang tak diundang. Apalagi konsep
rumah kami adalah rumah kebun. Maksudnya rumah yang dikelilingi oleh kebun, dan
itu adalah kebun sebenar-benarnya. Bukan hasil rancang bangun seorang ahli
lansekap berbayar mahal hehehe…..
Itulah mengapa, tiap kali menjelang
senja, pintu dan jendela rumah segera saja ditutup. Tak lain untuk antisipasi
agar nyamuk dari kebun tidak ekspansi ke kamar tidur kami. Obat pembasmi nyamuk
pun dipasang disana sini. Kami semakin paranoid, ketika banyak berita beredar
banyak korban dari gigitan nyamuk yang nyawanya tak terselamatkan. Walaupun
sejatinya kami tahu kalau penyebab penyakit itu nyamuknya beraksi di pagi dan
siang hari.
Yang jelas, gigitan nyamuk, apapun
jenisnya, memang sangat-sangat menjengkelkan. Bekas gigitan yang ditinggalkan,
selain membuat bentol-bentol, rasa gatalnya tak kunjung hilang. Itulah yang
membuat tangan ini ingin terus menggaruk dan menggaruk lagi. Hingga tak terasa
kulit menjadi lecet, kadang sampai berdarah-darah.
Berperang melawan nyamuk, membuat saya hampir
putus asa. Tidak mungkin pula rumah ditutup rapat-rapat untuk menghindarinya.
Yang ada malah kondisi rumah jadi pengap, karena tidak ada sirkulasi udara.
Betapa sayangnya, oksigen gratis dan segar, yang dihasilkan oleh pohon-pohon di
sekitar rumah, tersia-siakan begitu saja.
Harapan pun hanya bergantung pada
‘obat nyamuk’. Berbagai varian sudah pernah dicoba. Mulai dari yang bakar,
semprot, elektrik hingga yang losion. Dan saking penginnya proteksi lebih
kepada anak-anak, tindakan kadang berlebihan. Tubuh diolesi losion, masih
memasang pembasmi serangga elektrik pula. Dan di depan kamar tidur dipasangi
obat nyamuk bakar.
Daaaannnn….. budget untuk belanja
begitu-begitu pun jadi bertambah. Jelas dong. Karena belinya harus
bermacam-macam. Belum lagi protes dari si kecil, yang seringkali menolak
diolesi losion. Alasannya lengket di badan. Padahal maksud emaknya ini kan
sungguh sangat baik.
Sebetulnya secara sadar, saya juga
mengerti tentang efek yang akan ditimbulkan oleh berbagai macam obat nyamuk
itu, yang notabene tak lepas dari bahan kimia berbahaya. Tapi apa mau dikata,
pertolongan itulah yang masih mungkin terjangkau oleh tangan dan pikiran.
Hingga suatu saat, seolah disentak, pikiran ini menjadi terbuka lebar. Angan
jadi berbunga-bunga ketika melihat onggokan sampah serai, sisa-sisa dari pemakaian
memasak.
Seolah menemukan harta karun, sisa-sisa
serai itu saya punguti kembali. Sambil mengerjakan ini dan itu, otak saya
berjalan cepat, menghubungkan fakta dengan teori-teori yang pernah saya baca
tentang serai.
Serai
atau sereh mempunyai nama Latin Cymbopogon citratus. Merupakan tumbuhan anggota
suku rumput-rumputan. Umumnya dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, untuk
mengharumkan makanan. Salah satu zat yang dikandung oleh tanaman serai ini
adalah sitronela, yang tidak disukai oleh nyamuk.
Saya
kemudian teringat dengan minyak serai, yang dulu selalu saya bawa, kala
avonturir di hutan-hutan. Minyak serai ini adalah minyak atsiri yang diperoleh
dengan jalan menyuling bagian atas dari tumbuhan tesebut. Karena kandungan
sitronela itulah maka baik minyak serai, maupun tanamannya, bisa digunakan
sebagai pengusir (repelen) nyamuk.
Selesai memunguti serai sisa masak
itu, saya pun menyiapkan beberapa wadah. Serai itu lantas saya potong-potong
kecil. Bau harumnya masih menyengat, walaupun itu sudah sisa kemarin.
Wadah-wadah itu kemudian saya letakkan di bawah tempat tidur. Di ruang tamu,
ruang makan dan ruang keluarga juga saya beri, sehingga jadi semacam potpourri.
Dalam beberapa hari saya merasakan
ada perubahan yang signifikan. Biasanya kalau hari mulai gelap, nyamuk-nyamuk
mulai mengeroyok bagian kaki saat kami sedang bersantai menonton TV. Saya juga
mencoba untuk tidak menyalakan ‘obat nyamuk’ semalam. Hasilnya, aman dari
serangan massal nyamuk. Potpourri itu saya ganti lagi dengan yang baru ketika
sudah terlihat kering.
Yang jelas, nyamuk-nyamuk nakal itu
seolah tak lagi berani memasuki rumah. Karena disana-sini ada hembusan
sintronela, yang bisa jadi membuatnya puyeng dan mabuk. Anak-anak juga lebih
nyaman karena tidak lagi diuber-uber harus pakai losion yang lengket di kulit.
Kehadiran bahan kimia berbahaya pun berangsur kurang. Entah di kebun sana,
sekomplotan nyamuk sedang merencanakan serangan model apa lagi…(phi/280216)