Thursday, June 21, 2012

Membuat Kartu Pintar Membaca


Bayi bisa diajar membaca? Saya sepertinya setengah tidak percaya. Bagaimana bisa? Semula saya membayangkan kalau mengajar bayi membaca itu sama caranya seperti ketika saya diajari membaca saat kelas satu SD dulu. Yang masih lekat di ingatan adalah kalimat ‘ini budi, ini ibu budi, ini bapak budi, ini kakak budi, ini adik budi’. Kemudian harus mengeja ‘b u dibaca bu, d i dibaca di, jadi budi’. Apakah seperti itu?

Aha ternyata saya salah besar. Ternyata bayi bisa diajari membaca. Dan cara belajarnya sungguh unik. Maka ketika tebersit di pikiran saya untuk mengajari Bram membaca, saya pun mulai berburu info dari internet. Dan hasil yang saya dapatkan sungguh luar biasa. Metode untuk mengajar bayi belajar membaca itu disebut Metode Glenn Doman. Terimakasih kuhaturkan untukmu Mbah Google, yang selalu siap menjawab segala pertanyaan dan rasa penasaranku.

Segala informasi dan petunjuk detail yang saya dapatkan itu pun saya tunjukkan kepada suami. Mas Rudi pun dengan antusiasnya membaca artikel demi artikel itu. Kala malam hari, ketika Bram sudah tidur, kami berdua pun mendiskusikan tentang hal itu, dan bertekad untuk mewujudkannya. Karena untuk program belajar membaca itu, selain perlu persiapan alat-alatnya, juga perlu komitmen tinggi dari kedua orangtua.

Melihat perlengkapan yang diperlukan, kami pun berpikir keras untuk mengakali bagaimana itu bisa dibuat sendiri. Karena kami punya prinsip, apapun yang ada di sekeliling kita, bisa dimanfaatkan. Sehingga untuk mainan Bram pun, tidak harus selalu membeli. Dengan begitu bisa menekan budget pengeluaran.

Akhirnya, setelah mengakal sana sini, perlengkapan untuk belajar membaca itu jadilah. Kami memanfaatkan karton-karton bekas dari susu UHT yang diminum Bram. Kardus itu kita gunakan sebagai papan alas tulisan. Setelah diukur sesuai dengan ketentuan, karton tersebut dipotong-potong. Agar kardus itu awet dan tidak gampang robek, maka seluruh permukaannya dilapisi dengan selotip bening yang berukuran besar. Inilah bentuk laminasi paling primitif. 
Bekas karton susu yang sudah dilaminasi untuk papan alas tulisan

Sementara untuk tulisan, kami lebih memilih untuk mendesainnya dengan program corel draw, agar tulisan lebih konsisten dalam bentuk dan ukuran. Tulisan itu pun dicetak di balik kertas bekas pakai. Kebetulan Mas Rudi saat itu sedang dalam proyek penulisan buku. Sehingga kertas-kertas bekas itu pun banyak menumpuk. Daripada terbuang percuma, sisi kosongnya masih bisa kami manfaatkan. 
Tulisan yang sudah dicetak kemudian ditempelkan diatas kardus dan dirapikan

Setelah tulisan dicetak, barulah kemudian ditempelkan di atas kardus yang sudah dilaminasi tadi. Di setiap sisinya diperkuat dengan selotip berukuran kecil. Kalau nanti akan mengganti kata yang baru, tinggal melepasnya, dan melakukan kembali hal yang sama. Begitulah seterusnya, hingga paling sedikit 200 kata berikutnya. 

Voila...tulisan sudah jadi, program belajar membaca bisa langsung dimulai

Saat semua sudah siap, tinggal menyusun jadwal belajarnya. Untuk program belajarnya Bram ini, kita masih memakai tahapan yang pertama dari metode yang diajarkan Glenn Doman. Saat mulai belajar itu, Bram berusia 17 bulan. Yah, bisa dikatakan sedikit terlambat, tapi masih masuk dalam kategori umur yang efektif. Karena pelajaran membaca itu sudah bisa dimulai ketika umur 6 bulan, atau saat masih bayi kecil sekalipun. (***)
              

Metode Glenn Doman



Sejak umur 6 bulan sudah suka dengan buku

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini, cuma manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Anak-anak dapat membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan sebuah buku ketika berusia tiga tahun dan mereka menyukainya.

Tahun 1961 satu tim ahli dunia yang terdiri atas, dokter, spesialis membaca, ahli bedah otak dan psikolog mengadakan penelitian Bagaimana otak anak-anak berkembang?Hal ini kemudian berkembang menjadi satu informasi yang mengejutkan mengenai bagaimana anak-anak belajar, apa yang dipelajari anak-anak, dan apa yang bisa dipelajari anak-anak.

Hasil penelitian juga mendapatkan, ternyata anak yang cedera otak pun dapat membaca dengan baik pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi. Jelaslah bahwa ada sesuatu yang salah pada apa yang sedang terjadi, pada anak-anak sehat, jika di usia ini belum bisa membaca.

Penelitian tentang Otak Anak
Bagi otak tidak ada bedanya apakah dia 'melihat' atau 'mendengar' sesuatu. Otak dapat mengerti keduanya dengan baik. Yang dibutuhkan adalah suara itu cukup kuat dan cukup jelas untuk didengar telinga, dan perkataan itu cukup besar dan cukup jelas untuk dilihat mata sehingga otak dapat menafsirkan. Kalau telinga menerima rangsang suara, baik sepatah kata atau pesan lisan, maka pesan pendengaran ini diuraikan menjadi serentetan impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang bisa melihat untuk disusun dan diartikan menjadi kata-kata yang dapat dipahami.

Begitu pula kalau mata melihat sebuah kata atau pesan tertulis. Pesan visual ini diuraikan menjadi serentetan impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang tidak dapat melihat, untuk disusun kembali dan dipahami. Baik jalur penglihatan maupun jalur pendengaran sama-sama menuju ke otak dimana kedua pesan ditafsirkan otak dengan proses yang sama.

Dua faktor yang sangat penting dalam mengajar anak :
1. Sikap dan pendekatan orang tua
Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali.
Belajar adalah hadiah, bukan hukuman. Belajar adalah permainan yang paling menggairahkan, bukan bekerja. Belajar adalah bersenang-senang, bukan bersusah payah. Dan belajar adalah suatu kehormatan, bukan kehinaan.

2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.
Bahan yang sesuai:
a. bahan-bahan dibuat dari kertas putih yang agak kaku (karton poster)
b. kata-kata yang dipakai ditulis dengan spidol besar
c. tulisannya harus rapi dan jelas, model hurufnya sederhana dan konsisten

Tahap-tahap mengajar
TAHAP PERTAMA : (perbedaan penglihatan)
Mengajarkan anak anda membaca dimulai menggunakan hanya lima belas kata saja. Jika anak anda sudah mempelajari 15 kata ini, dia sudah siap untuk melangkah ke perbendaharaan kata-kata lain.

1. Ukuran karton : tinggi 15 cm, panjang 60 cm
2. Ukuran huruf, tinggi 12,5 cm dan lebar 10 cm, serta setiap huruf berjarak kira-kira 1,25 cm
3. Huruf berwarna merah
4. Gunakan huruf kecil (bukan huruf kapital)
5. Buatlah hanya 15 kata, misal : IBU (UMMI/MAMA/BUNDA), BAPAK (ABI/PAPA/AYAH)
6. Ke-15 kata-kata pertama harus terdiri dari kata-kata yang paling dikenal dan paling dekat dengan lingkungannya yaitu nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, atau sesuatu yang dianggap penting untuk diketahui oleh sang anak.

Hari Pertama
Gunakan tempat bagian rumah yang paling sedikit terdapat benda-benda yang dapat mengalihkan perhatian, baik pendengarannya maupun penglihatannya. Misalnya, jangan ada radio yang dibunyikan.
1. Tunjukkan kartu bertuliskan IBU/AYAH atau yang lainnya
2. Jangan sampai ia dapat menjangkaunya
3. Katakan dengan jelas 'ini bacaannya IBU/AYAH'
4. Jangan jelaskan apa-apa
5. Biarkan dia melihatnya tidak lebih dari 1 detik
6. Tunjukkan 4 kartu lainnya dengan cara yang sama
7. Jangan meminta anak mengulang apa yang anda ucapkan
8. Setelah kata ke-5, peluk, cium dengan hangat dan tunjukkan kasih sayang dengan cara yang menyolok
9. Ulangi 3 kali dengan jarak paling sedikit 1,5 jam

Hari Kedua
1. Ulangi pelajaran dasar hari pertama 3 kali
2. Tambahkan lima kata baru yang harus diperlihatkan 3 kali sepanjang hari kedua. Jadi ada 6 pelajaran
3. Jangan lupa menunjukkan rasa bangga anda
4. Jangan lakukan test, belum waktunya !

Hari Ketiga
1. Lakukan seperti hari ke-2
2. Tambahkan lima kata baru seperti hari kedua sehingga menjadi 9 pelajaran

Hari keempat, kelima, keenam ulangi seperti hari ketiga tanpa menambah kata-kata baru.

Hari Ketujuh
Beri kesempatan pada anak untuk memperlihatkan kemajuannya:
1. Pilih kata kesukaannya
2. Tunjukkan kepadanya dan ucapkan dengan jelas 'ini apa?'
3. Hitung dalam hati sampai sepuluh. Jika anak anda mengucapkan, pastikan anda gembira dan tunjukkan kegembiraan anda. Jika anak anda tidak memberikan jawaban atau salah, katakan dengan gembira apa bunyi kata itu dan teruskan pelajarannya.

Ancaman
Kebosanan adalah satu-satunya ancaman. Jangan sampai anak menjadi bosan. Mengajarnya terlalu lambat akan lebih cepat membuatnya bosan daripada mengajarnya terlalu cepat.

Pada tahap pertama ini, dua hal luar biasa telah anda lakukan:
1. Dia sudah melatih indera penglihatan, dan yang lebih penting dia telah melatih otaknya cukup baik untuk dapat membedakan bentuk tulisan yang satu dengan yang lainnya.
2. Dia sudah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa dalam hidupnya, dia dapat membaca kata-kata. Hanya ada satu lagi abstraksi besar harus dikuasainya, yaitu huruf-huruf dalam abjad.
Membaca gambar

TAHAP KEDUA : (kata-kata diri)
Kita mulai mengajarkan anak membaca dengan menggunakan kata-kata 'diri' karena anak memang mula-mula mempelajari badannya sendiri.
1. Ukuran karton 12,5 tinggi dan 60 cm panjang
2. Ukuran huruf 10 cm tinggi dan 7,5 cm lebar dengan jarak 1 cm
3. Huruf dan warna seperti tahap pertama
4. Buat 20 kata-kata tentang dirinya, misalnya: tangan kaki gigi jari kuku lutut mata perut
lidah pipi kuping dagu dada leher paha siku hidung jempol rambut bibir
5. Dari 3 kelompok kata masing-masing 5 kata di tahap awal, ambil masing-masing 1 kata lama dan tambahkan dengan 1 kata baru di tahap kedua
6. Dari 20 kata baru pada tahap kedua, ambil 10 kata dan jadikan 2 kelompok kata masing-masing 5 kata
7. Jadi sekarang anda memiliki:
- 3 kelompok kata dari tahap pertama yang sudah ditambah kata-kata baru
- 2 kelompok kata baru dari tahap kedua
- total 5 kelompok kata = 25 kata
8. Lakukan seperti tahap pertama
9. Setelah 5 hari ganti 1 kata dari masing-masing kelompok dengan kata baru, sehingga anak mempelajari 5 kata baru.
10. Setelah itu setiap hari ganti 1 kata lama dari masing-masing kelompok data dengan 1 kata baru. Dengan demikian setiap hari anak belajar 5 kata baru masing-masing satu dalam setiap
kelompok kata, dan 5 kata lama diambil setiap harinya.

TIPS:
1. Usahakan jangan ada 2 kata yang dimulai dengan yang sama secara berurutan, misalnya 'lidah' dengan 'lutut'
2. Anak-anak usia 6 bulan sudah bisa diajarkan. Lakukan dengan cara yang persis sama kalau anda mengajarnya berbicara
3. Ingat, membaca bukan berbicara
4. Usaha mengajar bayi membaca, dapat mempercepat berbicara dan memperluas perbendaharaan kata.

TAHAP KETIGA : (kata-kata 'rumah')
Sampai tahap ini, baik orang tua maupun anak harus melakukan permainan membaca ini dengan kesenangan dan minat besar. Ingatlah bahwa anda sedang menanamkan cinta belajar dalam diri anak anda, dan kecintaan ini akan berkembang terus sepanjang hidupnya. Lakukan permainan ini dengan gembira dan penuh semangat.
1. Ukuran karton 7,5 cm tinggi dan 30 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm tinggi dan 3,5 cm lebar dengan jarak lebih dekat
3. Huruf dan warna seperti tahap tahap kedua
4. Terdiri dari nama-nama benda di sekeliling anak serta lebih dari 2 suku kata, misalnya: kursi, meja, dinding, lampu, pintu, tangga,jendela, dll
5. Gunakan cara pada tahap kedua dengan setiap hari menambah 5 kata baru dari tahap ke tiga
6. Setelah kata benda, masukkan kata milik, misalnya: piring, gelas, topi, baju, jeruk, celana,sepatu, dll.
7. Setelah itu masukkan kata perbuatan, misalnya: duduk, berdiri, tertawa, melompat, membaca, dll
8. Pada tahap kata perbuatan , agar lebih menarik, sambil menunjukkan kata tersebut, anda praktekkan sambil katakan 'Ibu melompat', 'kakak melompat', dsb

TAHAP KEEMPAT :
1. Ukuran kartu 4 cm tinggi dan 20 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm
3. Huruf kecil, warna hitam
4. Tunjukkan kata demi kata seperti tahap sebelumnya lalu gabungkan misalnya 'ini' dan kata 'bola' menjadi 'ini bola'.
5. Lakukan beberapa kata beberapa kali setiap hari.

TAHAP KELIMA : (susunan kata dalam kalimat)
1. Pilihkan buku sederhana dengan syarat perbendaharaan kata tidak lebih dari 150 kata. Jumlah kata dalam 1 halaman tidak lebih dari 15-20 kata. Tinggi huruf tidak kurang dari 5 mm
Sedapat mungkin teks dan gambar terpisah. Carilah yang mendekati persyaratan tersebut

2. Salinlah kata-kata yang ada setiap halaman tersebut ke dalam satu kartu kira-kira ukuran 1 kertas A4. Huruf hitam, ukuran tinggi huruf 2,5 cm. Jumlah kartu 'susunan kata-kata' sama dengan jumlah halaman buku. Ukuran kartu harus sama walaupun jumlah kata tidak sama. Sekarang anda sudah mempunyai kartu-kartu dengan kata-kata yang ada dalam setiap halaman buku yang akan dibaca anak. Lubangi sisi kartu-kartu untuk dijilid menjadi sebuah buku yang isinya sama namun ukurannya lebih besar.

3. Bacakan kartu demi kartu pelan-pelan, sehingga anak belajar kalimat demi kalimat.
4. Bacakan dengan ekspresi sesuai dengan kalimat bacaan.
5. Lakukan secara rutin, minimal 5 kartu sebanyak 3 kali selama 5 hari.
6. Ketika membaca kartu pada hari lainnya, kartu yang lama sebaiknya diulang. Setelah selesai kartu-kartu dibaca, simpanlah berurutan di dalam sebuah map atau dibinding seperti buku.
7. Pada saat selesai 1 buku, berilah ijazah yang ditandatangani ibu, yang menyatakan bahwa pada hari ini, tanggal ini, pada usia anak sekian, telah selesai dibaca buku ini.

Belajar membaca bersama Bapak

TAHAP KEENAM : (susunan kata dalam kalimat)
Pada tahap ini, anak sudah siap membaca buku yang sebenarnya, karena dia sudah 2 kali melakukan hal itu. Perbedaan ukuran huruf dari 5 cm (Tahap 4), 2,5 cm (Tahap 5) dan 5 mm (Tahap 6 ini) adalah sangat berarti khususnya bagi anak yang masih sangat muda, karena itu juga berarti anda membantu mendewasakan dan memperbaiki indera penglihatannya.

Kunci Keberhasilan
1. Jangan membosankan anak
2. Jangan memaksa anak
3. Jangan tegang
4. Jangan mengajarkan abjad terlebih dahulu
5. Bergembiralah
6. Ciptakan cara baru
7. Jawablah semua pertanyaan anak
8. Berilah buku bacaan yang bermutu

Penutup
Pada dasarnya anak memiliki kemampuan yang luar biasa, khususnya pada usia yg semakin kecil. Hanya diperlukan perhatian, kemauan,ketekunan serta yang utama kasih sayang orangtua untuk membuatnya mampu mengeluarkan potensinya yang luar biasa tsb.

Keinginan orangtua pada umumnya adalah :
1. Menginginkan anak mereka bahagia di dalam hidupnya dengan menjadikan anak mereka tangguh dan siap bersaing.
2. Untuk itu dibutuhkan anak yang cerdas baik rasional maupun emosional serta rasa ingin tahu yang besar.
3. Anak dapat diketahui rasa ingin tahunya yang besar dari banyaknya pertanyaan yang diajukannya.
4. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, anak harus dibimbing supaya suka membaca.
5. Agar anak suka membaca, dibutuhkan kemampuan membaca dan sarana untuk membaca yang tidak lepas dari buku.

Jadi, dengan buku yg merupakan "JENDELA ILMU", anak akan mampu membuka cakrawala kehidupan masa depannya dengan keceriaan.

"Selamat berkarya untuk anak-anak tercinta !"

Sumber : Buku "Mengajar Bayi Membaca" - Glenn Doman

Urunan Makan Siang Dengan Menu Cap Cay

Cap cay hasil karya Mbak Yuni
                Aktivitas rutin pagi hari. Setelah selesai memberi Bram makan pagi dan memandikannya, barulah saya terjun ke dapur. Biasalah, tugas seorang emak-emak. Harus mengusakahan adanya makanan di meja makan setiap harinya. Rencana hari itu saya tidak masak besar. Cukup bikin ayam brokoli saus tiram untuk makan siang Bram, dan kolak pisang dicampur ketela pesanan suami.
                Saat tengah asyik bersalto ria dengan pisau dan talenan di dapur, terdengar bunyi pesan masuk ke telepon genggam yang berada di kamar. Dengan terpaksa saya harus beranjak dari dapur menuju ke kamar. Ternyata pesan singkat dari seorang teman perempuan di kantor. Lucunya isinya bukan tentang urusan kerja dan pekerjaan. Tapi lebih pada rencana makan siang bersama nanti di kantor. Wow..
                Kami adalah tiga orang perempuan tercantik di antero kantor. Bukan tanpa sebab kalau saya mengatakannya demikian, karena teman kantor selebihnya laki-laki semuanya. Itulah sebabnya kami sangat kompak dan bersatu.  Tak jarang, saat makan siang, kami berbagi bekal makanan yang kami bawa masing-masing. Seperti rencana siang itu. Mbak Yuni sudah memberi kabar bahwa ia sudah memasak cap cay. Jenis masakannya yang itu sungguh sangat digandrungi oleh teman-teman di kantor. Sementara Ketut Tirta sudah bersiap dengan botok andalannya. Karena saya hari itu tidak masak, maka saya menawarkan diri untuk membawakan nasi putih dan krupuk, serta kolak pisang ketela untuk pencuci mulut. Lengkap sudah.
                Saat makan siang tiba. Kami pun kompakan menuju meja makan, seraya menenteng bekal masing-masing. Mbak Yuni langsung mengeluarkan cap cay masakannya yang ditempatkan dalam sekotak tupperware besar. Wuih, air liur rasanya sudah menggenang di mulut. Rasanya clegak cleguk ingin menelannya. Sebetulnya masakannya tidaklah sangat-sangat mewah, tapi entah mengapa, kami berasa ketagihan karenanya.
                Cap cay yang dimasak itu lebih didominasi oleh potongan gorengan campuran tepung dan telur. Walaupun seharusnya yang namanya masakan cap cay itu lebih banyak sayurnya. Tapi itu tak masalah. Kemudian selain ayam, masih ada lagi bakso dan sosis yang dipotong-potong. Juga ada baby corn dan wortel. Kuahnya kental, berwarna kemerahan oleh saus tomat. Dengan rasa asin, manis dan pedas merica yang menggigit.
                Sambil ngobrol dan bercanda, akhirnya seluruh menu yang disiapkan untuk makan siang itu licin tandas. Menyisakan kotak-kotak makan yang kotor, yang menunggu dibersihkan. Senang? Tentu saja saya sangat senang. Karena hari itu saya bisa makan dengan nikmat. Alasannya? Ya, karena saya tidak masak sendiri. Biasanya, kalau hasil masakan sendiri, saya tidak begitu selera. Bisa jadi sudah bosan dengan aroma yang keluar ketika masih di atas kompor.
                Ngomong-ngomong tentang cap cay, menu ini adalah salah satu yang saya favoritkan. Bisa jadi karena mengandung banyak sayuran, dan cara memasaknya yang relatif singkat dan mudah. Tapi hingga sekarang ini ada masakan cap cay yang sulit saya lupakan rasanya. Yaitu cap cay milik Rumah Makan Murni di Jombang,  dan cap cay masakan Om Lun Pang, pemilik Depot Sari Rasa di Malang.
                Yang pertama, saya ingin menceritakan tentang cap cay masakan Rumah Makan Murni Jombang. Rumah makan ini bisa dikatakan sebagai tempat eksotis. Tahun berapa berdirinya, saya tidak tahu pasti. Tapi yang jelas saat saya kelas satu SD, pada tahun 1980, rumah makan itu sudah ada. Dan masih beroperasi hingga kini. Letaknya tidak jauh dari Ringin Contong, yang menjadi jantung kota Jombang. Tepatnya terletak di Jalan Merdeka.
                Masih ingat dalam memori saya, kalau saya atau adik sedang berulang tahun, ibu selalu membeli masakan itu. Biasanya kami kemudian makan bersama dengan keluarga. Menu wajibnya pasti cap cay, bakmi goreng dan fuyung hai. Tapi diantara ketiganya, yang paling duluan habis adalah cap cay.
                Style cap cay yang dihidangkan sejak jaman saya kecil hingga sekarang ini tidak berubah. Wujudnya berupa cap cay kuah kental berwarna merah dari saus tomat. Di dalamnya hanya ada irisan sayur sawi dan wortel. Tapi yang mendampinginya justru lebih banyak. Masih ada lagi bakso yang bermacam-macam itu. Ada bakso ikan, bakso ayam, dan entah bakso apa lagi. Selain juga ada hati ayam dan ampela yang diiris tipis-tipis. Pokoknya enak deh. Hingga sekarang pun, kalau sempat pulang ke Jombang, rasanya belum lengkap kalau belum makan cap cay Murni.
                Sedangkan yang kedua, adalah cap cay masakan Om Lung Pan. Dan saya sudah sangat akrab dengannya. Karena kebetulan dulu kita tinggal bertetangga. Pria gendut dengan dahi lebar, dan cenderung botak ini, juga bikin sensasi kangen makan tersendiri. Depot yang dipunyainya, bernama Sari Rasa, terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto Malang, tidak pernah sepi kunjungan pembeli. Lebih-lebih ketika hari Minggu atau  hari libur.
                Varian cap cay yang dibikin Om Lung berbeda dengan yang di Rumah Makan Murni. Kalau yang ini, cap cay kuah tanpa saus tomat. Sehingga saya menyebutnya cap cay putih. Bahan-bahan yang dimasak lebih kaya sayuran, dan tidak terlalu banyak daging ataupun aneka bakso. Rasanya agak enteng tapi juga sangat enak. Rasa asin, manis dan gurihnya sangat pas. Begitulah kira-kira pendeskripsiannya.  Dan sepertinya kalau pas pulang ke Malang, kurang lengkap juga kalau tidak menyambangi Om Lung Pan. Ah, semoga Om Lung masih diberikan kesehatan dan panjang umur, supaya kalau nanti saya ke Malang lagi, masih bisa menikmati hasil masakannya. Begitu kan? (***)
Cap cay dari Rumah Makan Murni Jombang